Minggu, 30 November 2008

Bagaimana Selebriti Membaca Al-Qur’an ?

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini di layar kaca kita sedang marak film-film yang (notabene dianggap) Islami. Mulai dari judulnya yang berkaitan dengan akhlak mahmudah maupun madzmumah, penampilan tokohnya yang memakai jilbab, sampai adegan membaca al-Qur'an, yang kebanyakan memilih membaca surat al-Fatihah atau Yasin, baik yang membaca langsung teks Arabnya maupun yang (hanya bisa) membaca transliterasinya alias bentuk latinnya.
Dari sekian kali saya menonton acara-acara tersebut, akhirnya sayapun bisa menyimpulkan bahwa mayoritas selebriti kita ternyata kurang pandai –kalau tidak boleh dikatakan tidak bisa sama sekali– membaca al-Qur'an. Padahal jelas-jelas mereka itu muslim, bahkan tidak sedikit yang berasal dari keluarga (yang tampak) agamis, ya sebut saja Shireen Sungkar. Terus terang saya termasuk yang lumayan mengakui bagusnya akting Shireen di sinetron Cinta Fitri. Namun, ketika Shireen beradegan membaca al-Qur'an –kalau tidak salah waktu Farel sakit–, betapa saya sangat kecewa karena ternyata diapun sangat kacau bacaan al-Qur'annya. Saya sedih sekali mengetahui hal tersebut karena setahu saya keluarganya selama ini terkesan agamis. Ketika itu sayapun berpikir, “Saya mau kalau misalnya diminta untuk mengajarinya membaca al-Qur'an”. Karena menurut saya sayang sekali artis semuda dan secantik dia belum bisa membaca al-Qur'an dengan benar.
Tentu saja Shireen merupakan salah satu contoh saja, dan mungkin masih dimaklumi karena Cinta Fitri adalah sinetron umum. Lalu bagaimana dengan sinetron-sinetron dan film-film yang secara sekilas terkesan Islami? Ternyata inipun lebih parah lagi. Karena bahkan yang berperan sebagai “ustadz/ustadzah” mayoritas juga seperti itu, tampak sekali bahwa mereka sebenarnya kurang bisa dan tidak terbiasa membaca al-Qur'an.
Segitu miskinnyakah dunia hiburan kita dengan artis yang benar-benar bisa membaca al-Qur'an? minimal yang bisa membedakan panjang pendeknya bacaan aja. Tidakkah ini justru menggambarkan betapa belajar membaca al-Qur'an masih dianggap tidak penting. Kenapa harus dipaksakan artis tersebut yang memerankan peran itu?
Di sini saya menghimbau agar para pasangan artis khususnya, dan orang tua pada umumnya benar-benar memperhatikan pendidikan al-Qur'an putra-putrinya. Apalagi jika ingin anaknya kelak menjadi artis. Apa tidak malu kalau sampai anaknya akhirnya diketahui oleh publik ternyata tidak bisa membaca al-Qur'an? Tentu ini bukan berarti anjuran saya ini hanya khusus jika menginginkan si anak menjadi artis, bukan. Ya intinya, yuk kita benahi bacaan al-Qur'an kita! Dan bagi para produser, kalau hendak membuat film yang ada adegan membaca al-Qur'an, carilah yang benar-benar bisa membaca al-Qur'an. Bisa dicontoh langkah Deddy Mizwar dalam merekrut artisnya. Semoga bisa jadi bahan renungan, dan semoga bermanfaat!

THE LOVE LETTER

THE LOVE LETTER

Once there was a boy who loved a girl very much. The girl’s father, however, did not like the boy and did not want their love to grow. The boy wanted to write the girl a love letter, but he was sure that the girl’s father would read it first. At last he wrote this letter to the girl.

The great love I said I have for you

is gone, and I find my dislike for you

increases every day. When I see you,

I do not even like the way you look;

the one thing I want to do is to

look the other way. I never wanted to

marry you. Our last conversation

was very dull and in no way has

made me anxious to see you again.

You think only of yourself.

If we were married, I know that I would find

life very difficult, and I would have no

pleasure in living with you. I have a heart

to give, but it is not a heart

I want to give to you. No one is more

demanding or selfish than you, and less

able to care for me and be of help to me.

I sincerely want you to understand that

I speak the truth. You will do me a favor

if you consider this the end. Do not try

to answer this. Your letters are full of

things that do not interest me. You have no

true concern for me. Good-bye! Believe me,

I do not care for you. Please do not think

I am still you loving friend.

The girl’s father read the letter. He was pleased, And then gave the letter to his daughter.

The girl read the letter and was very happy. The Boy still loved her!

Do you know why she was pleased? She and the boy had a secret way of writing to each ather. She read only the first line of the letter, and then the third line, and then the fifth line, and so on, to the end of the letter.

Diambil dari buku “The Love Letter

Kamis, 27 November 2008

BACAAN LAM JALALAH (الله)

ebagaimana huruf ra`, huruf lam pada saat tertentu juga harus dibaca tebal (تَفْخِيْم) dan pada saat yang lain harus dibaca tipis ( تَرْقِيْق ). Akan tetapi hal ini hanya berlaku pada huruf lam dalam lafal Jalalah (الله), dan bukan setiap lam.

Huruf lam-Jalalah (الله) harus dibaca tebal, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- fathah atau dlammah. Contoh:

إِنَّ اللهَ وَاللهُ

نَصْرُ اللهِ خَلْقُ اللهِ

Dan harus dibaca tipis, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- kasrah. Contoh:

بِسْمِ اللهِ وَلِلَّهِ بِاللهِ

Bagi pemula, kecakapan (kemampuan) dalam membaca lafadl Allah ini harus --diperoleh-- melalui (bimbingan langsung) seorang guru/ustadz. Tidak cukup dan tidak boleh hanya dengan membaca keterangan atau penjelasan saja. Terutama ketika membaca bacaan tebal. Karena memang pembacaan tebal terhadap huruf ل dalam tidak terjadi dalam bahasa-bahasa selain bahasa al-Qur'an. Sehingga kita tidak bisa menyamakan atau menggambar-kan seperti ini, seperti itu.