Minggu, 30 November 2008

Bagaimana Selebriti Membaca Al-Qur’an ?

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini di layar kaca kita sedang marak film-film yang (notabene dianggap) Islami. Mulai dari judulnya yang berkaitan dengan akhlak mahmudah maupun madzmumah, penampilan tokohnya yang memakai jilbab, sampai adegan membaca al-Qur'an, yang kebanyakan memilih membaca surat al-Fatihah atau Yasin, baik yang membaca langsung teks Arabnya maupun yang (hanya bisa) membaca transliterasinya alias bentuk latinnya.
Dari sekian kali saya menonton acara-acara tersebut, akhirnya sayapun bisa menyimpulkan bahwa mayoritas selebriti kita ternyata kurang pandai –kalau tidak boleh dikatakan tidak bisa sama sekali– membaca al-Qur'an. Padahal jelas-jelas mereka itu muslim, bahkan tidak sedikit yang berasal dari keluarga (yang tampak) agamis, ya sebut saja Shireen Sungkar. Terus terang saya termasuk yang lumayan mengakui bagusnya akting Shireen di sinetron Cinta Fitri. Namun, ketika Shireen beradegan membaca al-Qur'an –kalau tidak salah waktu Farel sakit–, betapa saya sangat kecewa karena ternyata diapun sangat kacau bacaan al-Qur'annya. Saya sedih sekali mengetahui hal tersebut karena setahu saya keluarganya selama ini terkesan agamis. Ketika itu sayapun berpikir, “Saya mau kalau misalnya diminta untuk mengajarinya membaca al-Qur'an”. Karena menurut saya sayang sekali artis semuda dan secantik dia belum bisa membaca al-Qur'an dengan benar.
Tentu saja Shireen merupakan salah satu contoh saja, dan mungkin masih dimaklumi karena Cinta Fitri adalah sinetron umum. Lalu bagaimana dengan sinetron-sinetron dan film-film yang secara sekilas terkesan Islami? Ternyata inipun lebih parah lagi. Karena bahkan yang berperan sebagai “ustadz/ustadzah” mayoritas juga seperti itu, tampak sekali bahwa mereka sebenarnya kurang bisa dan tidak terbiasa membaca al-Qur'an.
Segitu miskinnyakah dunia hiburan kita dengan artis yang benar-benar bisa membaca al-Qur'an? minimal yang bisa membedakan panjang pendeknya bacaan aja. Tidakkah ini justru menggambarkan betapa belajar membaca al-Qur'an masih dianggap tidak penting. Kenapa harus dipaksakan artis tersebut yang memerankan peran itu?
Di sini saya menghimbau agar para pasangan artis khususnya, dan orang tua pada umumnya benar-benar memperhatikan pendidikan al-Qur'an putra-putrinya. Apalagi jika ingin anaknya kelak menjadi artis. Apa tidak malu kalau sampai anaknya akhirnya diketahui oleh publik ternyata tidak bisa membaca al-Qur'an? Tentu ini bukan berarti anjuran saya ini hanya khusus jika menginginkan si anak menjadi artis, bukan. Ya intinya, yuk kita benahi bacaan al-Qur'an kita! Dan bagi para produser, kalau hendak membuat film yang ada adegan membaca al-Qur'an, carilah yang benar-benar bisa membaca al-Qur'an. Bisa dicontoh langkah Deddy Mizwar dalam merekrut artisnya. Semoga bisa jadi bahan renungan, dan semoga bermanfaat!

THE LOVE LETTER

THE LOVE LETTER

Once there was a boy who loved a girl very much. The girl’s father, however, did not like the boy and did not want their love to grow. The boy wanted to write the girl a love letter, but he was sure that the girl’s father would read it first. At last he wrote this letter to the girl.

The great love I said I have for you

is gone, and I find my dislike for you

increases every day. When I see you,

I do not even like the way you look;

the one thing I want to do is to

look the other way. I never wanted to

marry you. Our last conversation

was very dull and in no way has

made me anxious to see you again.

You think only of yourself.

If we were married, I know that I would find

life very difficult, and I would have no

pleasure in living with you. I have a heart

to give, but it is not a heart

I want to give to you. No one is more

demanding or selfish than you, and less

able to care for me and be of help to me.

I sincerely want you to understand that

I speak the truth. You will do me a favor

if you consider this the end. Do not try

to answer this. Your letters are full of

things that do not interest me. You have no

true concern for me. Good-bye! Believe me,

I do not care for you. Please do not think

I am still you loving friend.

The girl’s father read the letter. He was pleased, And then gave the letter to his daughter.

The girl read the letter and was very happy. The Boy still loved her!

Do you know why she was pleased? She and the boy had a secret way of writing to each ather. She read only the first line of the letter, and then the third line, and then the fifth line, and so on, to the end of the letter.

Diambil dari buku “The Love Letter

Kamis, 27 November 2008

BACAAN LAM JALALAH (الله)

ebagaimana huruf ra`, huruf lam pada saat tertentu juga harus dibaca tebal (تَفْخِيْم) dan pada saat yang lain harus dibaca tipis ( تَرْقِيْق ). Akan tetapi hal ini hanya berlaku pada huruf lam dalam lafal Jalalah (الله), dan bukan setiap lam.

Huruf lam-Jalalah (الله) harus dibaca tebal, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- fathah atau dlammah. Contoh:

إِنَّ اللهَ وَاللهُ

نَصْرُ اللهِ خَلْقُ اللهِ

Dan harus dibaca tipis, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- kasrah. Contoh:

بِسْمِ اللهِ وَلِلَّهِ بِاللهِ

Bagi pemula, kecakapan (kemampuan) dalam membaca lafadl Allah ini harus --diperoleh-- melalui (bimbingan langsung) seorang guru/ustadz. Tidak cukup dan tidak boleh hanya dengan membaca keterangan atau penjelasan saja. Terutama ketika membaca bacaan tebal. Karena memang pembacaan tebal terhadap huruf ل dalam tidak terjadi dalam bahasa-bahasa selain bahasa al-Qur'an. Sehingga kita tidak bisa menyamakan atau menggambar-kan seperti ini, seperti itu.

CARA PENGUCAPAN HURUF RA' ( ر )

Berbeda dengan huruf hijaiyah pada umumnya, huruf ra' (ر) memiliki dua cara dalam pengucapan-nya, yaitu tebal (تَفْخِيْم) dan tipisتَرْقِيْق) ) Secara praktis, cara mengucapkan ra' tebal adalah dengan mengangkat bibir (jawa: mecucu). Sedangkan cara membaca ra' tipis adalah sebaliknya (yaitu mecece). Dari kedua cara tersebut, masing-masing mempunyai ketentuannya sendiri-sendiri.

Huruf ra' harus dibaca tebal ketika:

1. berharakat fathah atau dhammah. Contoh: رَبَّنَا رُبَمَا

2. berharakat sukûn dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, Contoh:

أَأَنْذَرْتَهُمْ، تَرْمِيْهِمْ، وَانْحَرْ، تُرْجَعُوْنَ، بُرْهَانَكُمْ، زُرْتُمْ.

3. dibaca sukûn karena dibaca waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukûn) selain ya'. Contoh:

اْلكَوْثَرُ، صُفْرٌ، لَيْلَةُ اْلقَدْرِ، عَشْرٍ، التَّكَاثُرُ،

4. berharakat sukûn yang jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' berupa huruf isti'lâ' (خ ص ض غ ط ق ظ) yang masih berada dalam satu lafadl. Contoh:

قِرْطَاسٍ، فِرْقَةٍ، لَبِالْمِرْصَادِ

Sementara kalimat seperti : فَاصْبِرْ صَبْرًا، وَاَنْذِرْ قَوْمَكَ,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَdan lain-lain, ra'nya tetap dibaca tipis karena keberadaan huruf isti'lâ` dalam kalimat tersebut beda lafadl.

5. berharakat sukun dan jatuh setelah hamzah washal, baik huruf sebelumnya berharakat kasrah maupun dhammah. Contoh:

اِنِ ارْتَبْتُمْ، الَّذِى ارْتَضَى، وَارْحَمْنَا، آمَنُوا ارْكَعُوْا

Huruf ra' harus dibaca tipis ketika:

1. berharakat kasrah. Contoh: رِزْقًا، وَاَرِنَا، وَاَنْذِرِ النَّاسَ

2. berharakat sukun dan jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' bukan berupa huruf isti'la`. Contoh:

فِرْعَوْنَ، لَشِرْذِمَةٌ، اِصْطَبِرْ، اُولِى اْلاِرْبَةِ

3. dibaca sukûn karena (dibaca) waqaf dan sebelum ra' berupa huruf ya' (yang berharakat) sukun, baik didahului fathah maupun kasrah. Contoh:

بَصِيْرٌ، خَبِيْرٌ، خَيْرٌ، طَيْرٌ

4. dibaca sukun karena (dibaca) waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) kasrah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukun). Contoh:

مَقَابِرَ ، لَقَادِرٌ، السَّرَآئِرُ، السِّحْرُ، لِذِى حِجْر ٍ

Selain itu, ada juga huruf ra' yang boleh dibaca tebal dan boleh dibaca tipis. Yaitu huruf ra' yang ada pada lafal:مِصرَ dan عَيْنَ اْلقِطْرِ, jika kedua ra' tersebut dibaca waqaf. Boleh dibaca tipis karena harakat yang mendahului ra' pada kedua lafadl tersebut dan huruf mati sebelumnya (ص dan ط) adalah kasrah. Dan boleh dibaca tebal, karena huruf yang mendahului kedua ra' tersebut adalah huruf isti'la`, yaitu ص dan ط. Akan tetapi yang paling utama untuk lafal مِصرَ ra'nya dibaca tebal karena ia berharakat fathah. Sedangkan ra' pada lafal عَيْنَ اْلقِطْرِ lebih utama dibaca tipis, karena ia berharakat kasrah.

Begitu juga lafal كَلُّ فِرْقٍ, ra'nya boleh dibaca tebal juga boleh dibaca tipis. Boleh dibaca tebal karena setelah ra' berupa huruf isti'la`. Dan boleh dibaca tipis karena huruf isti'la` tersebut berharakat kasrah.

Makhraj dan Cara Pengucapannya

Bahwa al-Qur'an diturunkan dan --kemudian-- ditulis dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang sudah maklum. Akan tetapi, bahasa Arab yang selanjutnya menjadi bagian dari al-Qur'an tersebut tidak boleh dibaca sebagaimana membaca teks-teks berbahasa arab pada umumnya. Setiap huruf dari bahasa al-Qur'an memiliki sifat serta makhraj tertentu yang harus diikuti dan dipenuhi ketika dibaca. Tidak memenuhi sifat dan makhraj tersebut jika sampai mengubah makna, maka itu berdosa. Hal ini telah disinyalir oleh Rasulullah SAW: "Banyak orang yang membaca al-Qur'an tetapi al-Qur'an (yang dibaca) justru melaknatnya." Akan tetapi jika tidak sampai mengubah makna maka hal itu dianggap sebagai mengurangi kesempurnaan al-Qur'an.

Adanya sifat dan makhraj bagi bahasa al-Qur'an ini sekaligus menjadi peringatan keras bagi kita bahwa (bahasa) al-Qur'an tidak bisa dengan seenaknya ditransliterasikan ke dalam bahasa manapun --termasuk bahasa Indonesia-- untuk kemudian dijadikan pedoman dalam membaca al-Qur'an. Karena bagaimanapun juga, bahasa Indonesia (dan bahasa-bahasa lain) tidak memiliki aturan tertentu dalam pengucapannya sebagaimana aturan yang dimiliki oleh bahasa al-Qur'an. Contoh paling sederhana, misalnya huruf ت. Jika ia ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia, maka huruf yang dianggap sesuai adalah T. Sebagaimana kita diketahui bahwa dalam mengucapkan huruf T, tidak ada aturan tertentu yang mengaturnya, selain sepanjang dapat ditangkap oleh pendengar. Hal ini berbeda dengan huruf ت. Di dalam mengucapkan huruf ت, selain kita harus menyentuhkan ujung lidah pada pangkal gigi depan atas (bagian dalam) juga nafas kita harus keluar. Baik ketika huruf ت tersebut difathah, didhammah, dikasrah maupun disukun.

Begitulah al-Qur'an diturunkan dan kemudian diajarkan. Sejak zaman Rasulullah (shahabat), tabi'in, tabi' al-tabi'in hingga umat Islam pada zaman sekarang. Sehingga jika ada orang yang membaca al-Qur'an dengan tanpa mengikuti kaidah atau aturan tertentu sebagai-mana ketika ia diturunkan, maka pembacaan itu perlu diluruskan. Dengan demikian, menguasai huruf-huruf al-Qur'an sebelum belajar membaca al-Qur'an adalah sebuah keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan, jika kita tidak ingin disebut sebagai orang yang mengurangi kesempur-naan al-Qur'an atau bahkan orang yang akan mengubah makna al-Qur'an. Di bawah ini, dengan sederhana, saya sajikan keterangan tentang huruf-huruf al-Qur'an baik yang berkaitan dengan makhraj, sifat maupun cara pengucapannya.

أَ إِ أُ بَأْ : Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: mulut terbuka lebar, suara tidak boleh dibesarkan dan tidak boleh dibaca "o".

بَ بِ بُ بَبْ : Makhraj: dua bibir menempel. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, idzlâq, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ba" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika disukun harus dibendalkan.

تَ تِ تُ بَتْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas harus keluar, baik ketika hidup maupun ketika dibaca sukun. Berbeda dengan "ta" dalam bahasa Indonesia maupun Jawa. Hati-hati!

ثَ ثِ ثُ بَثْ : Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar.

جَ جِ جُ بَجْ : Makhraj: tengah lidah menempel langit-langit. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ja" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), ketika disukun harus dibendalkan.

حَ حِ حُ بَحْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmat. Cara pengucapan: bersih (tidak ada getar di tenggorokan), nafas keluar.

خَ خ ِخُ بَخْ : Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: ada getar di tenggorokan, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun) dan nafas keluar.

دَ دِ دُ بَدْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "da" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.

ذَ ذِ ذُ بَذْ : Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

رَ رِ رُ بَرْ : Makhraj: ujung lidah sedikit lebih ke dalam daripada nun. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, inhirâf, takrîr, tafkhîm dan tarqîq. Cara pengucapan: ketika berharakat fathah, dhammah dan berharakat sukun yang didahului oleh huruf berharakat fathah/ dhammah harus dibaca tebal (mulut mecucu). Ketika berharakat kasrah dan ketika berharakat sukun yang jatuh setelah huruf yang berharakat kasrah/jatuh setelah ya' sukun harus dibaca tipis (mulut mecece).

زَ زِ زُ بَزْ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr. Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

سَ سِ سُ بَسْ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr. Cara pengucapan: nafas keluar, harus dibaca tipis (mulut mecece).

شَ شِ شُ بَشْ : Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit. Sifat: hams, rakhawâh, istifâl, infitâh, ishmât, tafasysyi. Cara pengucapan: suara tebal dan nafas keluar.

صَ صِ صُ بَصْ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar, suaranya tipis dengan mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun).

: ضَ ضِ ضُ بَضْMakhraj: tepi lidah (kanan/kiri) dengan (menyentuh) gigi geraham. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, istithâlah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

طَ طِ طُ بَطْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar); mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.

ظَ ظِ ظُ بَظْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada ujung dua gigi atas. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara pengucapan: nafas agak tertahan (tetap ada yang keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

عَ عِ عُ بَعْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ishmât. Cara penguca-pan: nafas tertahan, suara seperti bindeng, jangan dibaca 'nga'.

غَ غِ غُ بَغْ : Makhraj: ujung tenggorokan. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas (agak) tertahan; suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

فَ فِ فُ بَفْ : Makhraj: ujung gigi atas menempel pada bibir bawah sebelah dalam. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: nafas keluar.

قَ قِ قُ بَقْ : Makhraj: pangkal lidah sebelah atas, sangat dekat tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan; mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.

كَ كِ كُ بَكْ : Makhraj: pangkal lidah di bawah makhraj qaf. Sifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.

لَ لِ لُ بَلْ : Makhraj: kanan kiri lidah hingga ujungnya. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: keluar nafas, suara jangan dibesarkan.

مَ مِ مُ بَمْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ghunnah. Cara pengucapan: bibir menempel (jawa: mingkem), suara jangan dibesarkan.

نَ نِ نُ بَنْ : Makhraj: ujung lidah agak ke dalam di bawah makhraj lam. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, ghunnah. Cara pengucapan: suara jangan dibesarkan, ketika disukun jangan dibendalkan.

وَ وِ وُ بَوْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: bibir terbuka; suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ao', tapi 'au'.

هَ هِ هُ بَهْ : Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara besar dan nafas keluar.

يَ يِ يُ بَيْ : Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ae', tapi 'ai'.

Keterangan:

1. HAMS (هَمْس) artinya samar. Maksudnya: ketika huruf diucapkan, disertai dengan keluarnya nafas. Di antara huruf-hurufnya:

(فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ) ف ح ث ه ش خ ص س ك ت hati-hati ketika huruf ت dan ك disukun, nafas jangan ditahan.

2. JAHR (جَهْر) (kebalikannya hams) artinya terang. Maksudnya: suara huruf jelas dan ketika diucapkan nafas tertahan. Huruf-hurufnya antara lain:

د ط ل ب ع ظ م وزن ق رئ ذي غ ض ج

(عَظُمَ وَزْنُ قَارِئٍ ذِيْ غَضٍّ جَدَّ طَلَبْ)

3. SYIDDAH (شِدَّة) artinya keras (jawa: atos). Maksudnya: suara tertahan ketika mulai mengucapkannya. Huruf-hurufnya:

أج د ق ط ب ك ت (أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ)

4. RAKHÂWAH (رَخَاوَه) (kebalikannya syiddah) artinya lemah (jawa: lemes, kendo). Maksudnya: suara tidak tertahan ketika memulai pengucapan. Huruf-hurufnya:

خ ذ غ ث ح ظ ف ض ش وص زي س ه

(خُذْ غِثَّ حَظّ فُضَّ شَوْصَ زِيِّ سَاهٍ)

5. ISTI'LÂ` (اِسْتِعْلاَء) adalah naiknya lidah ke langit-langit ketika huruf diucapkan. Huruf-huruf isti'la` ini disebut juga huruf tafkhim (tebal). Cara pengucapannya: bibir mecucu.

Huruf-hurufnya antara lain: خ ص ض غ ط ق ظ. (خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ) . Di antara huruf-huruf tersebut yang paling tinggi --naiknya lidah-- adalah huruf ط.

6. ISTIFÂL (اِسْتِفَالْ) (kebalikannya isti'la`) adalah lidah tidak naik ketika huruf dibaca. Huruf-hurufnya harus dibaca tipis. Cara pengucapannya: bibir tidak mecucu.

Huruf-hurufnya:

ث ب ت ع ز م ن ي ج ود ح رف ه إذ س ل ش ك

ثَبَتَ عِزُّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْفَهُ إِذْ سَلَّ شَكَا) (

7. ITHBÂQ (إِطْبَاقْ) artinya bertemu (menempel)nya lidah pada langit-langit ketika huruf diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah ظ ط ض ص .

Sebagaimana dijelaskan di atas, isti'lâ` adalah naiknya lidah ke langit-langit, sementara ithbâq adalah menempelnya lidah pada langit-langit, dengan demikian huruf-huruf yang memiliki sifat ithbaq adalah di antara huruf-huruf isti'lâ` yang paling kuat.

8. INFITÂH (إِنْفِتَاحْ) (kebalikannya ithbâq) adalah terbukanya (tidak menempelnya) lidah pada langit-langit. Huruf-hurufnya adalah huruf hijaiyah 28 selain empat huruf di atas ظ ط ض ص.

9. IDZLÂQ (إِذْلاَق) artinya lancar. Maksudnya: huruf-huruf yang mudah diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah: ف ر م ن ل ب (فِرَّ مِنْ لُبٍ) Mudahnya pengucapan huruf-huruf tersebut adalah karena makhrajnya berada di bagian luar. ر ن ل keluar dari ujung lidah, sementara ف م ب keluar dari dua bibir.

10. ISHMÂT (إِصْمَاتْ) (kebalikannya idzlâq) artinya diam atau sulit diucapkan. Maksudnya bahwa huruf-huruf yang memiliki sifat ishmât sulit diucapkan, sehingga membutuhkan kehati-hatian dan pelan-pelan. Huruf-hurufnya antara lain:

ج ز غ ش س خ ط ص د ث ق ة إذ وع ظ ه ي ح ض ك

(جُزْ غِشَّ سَاخِطٍ صِدْ ِثقَةً إذْ وَعْظُهُ يَحُضُّك)

11. QALQALAH (قَلْقْلَةْ) artinya goncang (mbendal)nya suara. Di antara huruf yang memiliki sifat qalqalah adalah:

ق ط ب ج د (قَطْ بُجَدٍ)

12. SHAFÎR (صَفِيْر) artinya suara sruit, merupakan suara tambahan yang keluar bersama dengan keluarnya nafas. Di antara huruf yang memiliki sifat ini adalah ص س ز.

13. ISTITHÂLAH (اِسْتِطَالَهْ) artinya memanjang. Maksudnya, terdapat awalan yang panjang (sampai makhrajnya lam) sebelum huruf diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ض.

14. TAFASHSHÎ (تَفَشِّى) artinya tersebar. Maksudnya, ketika huruf diucapkan, terdapat banyak angin yang mengiringinya. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ش.

15. TAKRÎR (تَكْرِيْر) artinya keder ketika diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ر.