ebagaimana huruf ra`, huruf lam pada saat tertentu juga harus dibaca tebal (تَفْخِيْم) dan pada saat yang lain harus dibaca tipis ( تَرْقِيْق ). Akan tetapi hal ini hanya berlaku pada huruf lam dalam lafal Jalalah (الله), dan bukan setiap lam.
Huruf lam-Jalalah (الله) harus dibaca tebal, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- fathah atau dlammah. Contoh:
إِنَّ اللهَ وَاللهُ
نَصْرُ اللهِ خَلْقُ اللهِ
Dan harus dibaca tipis, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- kasrah. Contoh:
بِسْمِ اللهِ وَلِلَّهِ بِاللهِ
Bagi pemula, kecakapan (kemampuan) dalam membaca lafadl Allah ini harus --diperoleh-- melalui (bimbingan langsung) seorang guru/ustadz. Tidak cukup dan tidak boleh hanya dengan membaca keterangan atau penjelasan saja. Terutama ketika membaca bacaan tebal. Karena memang pembacaan tebal terhadap huruf ل dalam tidak terjadi dalam bahasa-bahasa selain bahasa al-Qur'an. Sehingga kita tidak bisa menyamakan atau menggambar-kan seperti ini, seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar