Tampilkan postingan dengan label tarqiq. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tarqiq. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 November 2008

BACAAN LAM JALALAH (الله)

ebagaimana huruf ra`, huruf lam pada saat tertentu juga harus dibaca tebal (تَفْخِيْم) dan pada saat yang lain harus dibaca tipis ( تَرْقِيْق ). Akan tetapi hal ini hanya berlaku pada huruf lam dalam lafal Jalalah (الله), dan bukan setiap lam.

Huruf lam-Jalalah (الله) harus dibaca tebal, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- fathah atau dlammah. Contoh:

إِنَّ اللهَ وَاللهُ

نَصْرُ اللهِ خَلْقُ اللهِ

Dan harus dibaca tipis, ketika jatuh setelah --huruf yang berharakat-- kasrah. Contoh:

بِسْمِ اللهِ وَلِلَّهِ بِاللهِ

Bagi pemula, kecakapan (kemampuan) dalam membaca lafadl Allah ini harus --diperoleh-- melalui (bimbingan langsung) seorang guru/ustadz. Tidak cukup dan tidak boleh hanya dengan membaca keterangan atau penjelasan saja. Terutama ketika membaca bacaan tebal. Karena memang pembacaan tebal terhadap huruf ل dalam tidak terjadi dalam bahasa-bahasa selain bahasa al-Qur'an. Sehingga kita tidak bisa menyamakan atau menggambar-kan seperti ini, seperti itu.

CARA PENGUCAPAN HURUF RA' ( ر )

Berbeda dengan huruf hijaiyah pada umumnya, huruf ra' (ر) memiliki dua cara dalam pengucapan-nya, yaitu tebal (تَفْخِيْم) dan tipisتَرْقِيْق) ) Secara praktis, cara mengucapkan ra' tebal adalah dengan mengangkat bibir (jawa: mecucu). Sedangkan cara membaca ra' tipis adalah sebaliknya (yaitu mecece). Dari kedua cara tersebut, masing-masing mempunyai ketentuannya sendiri-sendiri.

Huruf ra' harus dibaca tebal ketika:

1. berharakat fathah atau dhammah. Contoh: رَبَّنَا رُبَمَا

2. berharakat sukûn dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, Contoh:

أَأَنْذَرْتَهُمْ، تَرْمِيْهِمْ، وَانْحَرْ، تُرْجَعُوْنَ، بُرْهَانَكُمْ، زُرْتُمْ.

3. dibaca sukûn karena dibaca waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukûn) selain ya'. Contoh:

اْلكَوْثَرُ، صُفْرٌ، لَيْلَةُ اْلقَدْرِ، عَشْرٍ، التَّكَاثُرُ،

4. berharakat sukûn yang jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' berupa huruf isti'lâ' (خ ص ض غ ط ق ظ) yang masih berada dalam satu lafadl. Contoh:

قِرْطَاسٍ، فِرْقَةٍ، لَبِالْمِرْصَادِ

Sementara kalimat seperti : فَاصْبِرْ صَبْرًا، وَاَنْذِرْ قَوْمَكَ,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَdan lain-lain, ra'nya tetap dibaca tipis karena keberadaan huruf isti'lâ` dalam kalimat tersebut beda lafadl.

5. berharakat sukun dan jatuh setelah hamzah washal, baik huruf sebelumnya berharakat kasrah maupun dhammah. Contoh:

اِنِ ارْتَبْتُمْ، الَّذِى ارْتَضَى، وَارْحَمْنَا، آمَنُوا ارْكَعُوْا

Huruf ra' harus dibaca tipis ketika:

1. berharakat kasrah. Contoh: رِزْقًا، وَاَرِنَا، وَاَنْذِرِ النَّاسَ

2. berharakat sukun dan jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' bukan berupa huruf isti'la`. Contoh:

فِرْعَوْنَ، لَشِرْذِمَةٌ، اِصْطَبِرْ، اُولِى اْلاِرْبَةِ

3. dibaca sukûn karena (dibaca) waqaf dan sebelum ra' berupa huruf ya' (yang berharakat) sukun, baik didahului fathah maupun kasrah. Contoh:

بَصِيْرٌ، خَبِيْرٌ، خَيْرٌ، طَيْرٌ

4. dibaca sukun karena (dibaca) waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) kasrah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukun). Contoh:

مَقَابِرَ ، لَقَادِرٌ، السَّرَآئِرُ، السِّحْرُ، لِذِى حِجْر ٍ

Selain itu, ada juga huruf ra' yang boleh dibaca tebal dan boleh dibaca tipis. Yaitu huruf ra' yang ada pada lafal:مِصرَ dan عَيْنَ اْلقِطْرِ, jika kedua ra' tersebut dibaca waqaf. Boleh dibaca tipis karena harakat yang mendahului ra' pada kedua lafadl tersebut dan huruf mati sebelumnya (ص dan ط) adalah kasrah. Dan boleh dibaca tebal, karena huruf yang mendahului kedua ra' tersebut adalah huruf isti'la`, yaitu ص dan ط. Akan tetapi yang paling utama untuk lafal مِصرَ ra'nya dibaca tebal karena ia berharakat fathah. Sedangkan ra' pada lafal عَيْنَ اْلقِطْرِ lebih utama dibaca tipis, karena ia berharakat kasrah.

Begitu juga lafal كَلُّ فِرْقٍ, ra'nya boleh dibaca tebal juga boleh dibaca tipis. Boleh dibaca tebal karena setelah ra' berupa huruf isti'la`. Dan boleh dibaca tipis karena huruf isti'la` tersebut berharakat kasrah.