Kamis, 27 November 2008

CARA PENGUCAPAN HURUF RA' ( ر )

Berbeda dengan huruf hijaiyah pada umumnya, huruf ra' (ر) memiliki dua cara dalam pengucapan-nya, yaitu tebal (تَفْخِيْم) dan tipisتَرْقِيْق) ) Secara praktis, cara mengucapkan ra' tebal adalah dengan mengangkat bibir (jawa: mecucu). Sedangkan cara membaca ra' tipis adalah sebaliknya (yaitu mecece). Dari kedua cara tersebut, masing-masing mempunyai ketentuannya sendiri-sendiri.

Huruf ra' harus dibaca tebal ketika:

1. berharakat fathah atau dhammah. Contoh: رَبَّنَا رُبَمَا

2. berharakat sukûn dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, Contoh:

أَأَنْذَرْتَهُمْ، تَرْمِيْهِمْ، وَانْحَرْ، تُرْجَعُوْنَ، بُرْهَانَكُمْ، زُرْتُمْ.

3. dibaca sukûn karena dibaca waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukûn) selain ya'. Contoh:

اْلكَوْثَرُ، صُفْرٌ، لَيْلَةُ اْلقَدْرِ، عَشْرٍ، التَّكَاثُرُ،

4. berharakat sukûn yang jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' berupa huruf isti'lâ' (خ ص ض غ ط ق ظ) yang masih berada dalam satu lafadl. Contoh:

قِرْطَاسٍ، فِرْقَةٍ، لَبِالْمِرْصَادِ

Sementara kalimat seperti : فَاصْبِرْ صَبْرًا، وَاَنْذِرْ قَوْمَكَ,

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَdan lain-lain, ra'nya tetap dibaca tipis karena keberadaan huruf isti'lâ` dalam kalimat tersebut beda lafadl.

5. berharakat sukun dan jatuh setelah hamzah washal, baik huruf sebelumnya berharakat kasrah maupun dhammah. Contoh:

اِنِ ارْتَبْتُمْ، الَّذِى ارْتَضَى، وَارْحَمْنَا، آمَنُوا ارْكَعُوْا

Huruf ra' harus dibaca tipis ketika:

1. berharakat kasrah. Contoh: رِزْقًا، وَاَرِنَا، وَاَنْذِرِ النَّاسَ

2. berharakat sukun dan jatuh setelah (huruf berharakat) kasrah, dan setelah ra' bukan berupa huruf isti'la`. Contoh:

فِرْعَوْنَ، لَشِرْذِمَةٌ، اِصْطَبِرْ، اُولِى اْلاِرْبَةِ

3. dibaca sukûn karena (dibaca) waqaf dan sebelum ra' berupa huruf ya' (yang berharakat) sukun, baik didahului fathah maupun kasrah. Contoh:

بَصِيْرٌ، خَبِيْرٌ، خَيْرٌ، طَيْرٌ

4. dibaca sukun karena (dibaca) waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) kasrah, baik langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang mati (sukun). Contoh:

مَقَابِرَ ، لَقَادِرٌ، السَّرَآئِرُ، السِّحْرُ، لِذِى حِجْر ٍ

Selain itu, ada juga huruf ra' yang boleh dibaca tebal dan boleh dibaca tipis. Yaitu huruf ra' yang ada pada lafal:مِصرَ dan عَيْنَ اْلقِطْرِ, jika kedua ra' tersebut dibaca waqaf. Boleh dibaca tipis karena harakat yang mendahului ra' pada kedua lafadl tersebut dan huruf mati sebelumnya (ص dan ط) adalah kasrah. Dan boleh dibaca tebal, karena huruf yang mendahului kedua ra' tersebut adalah huruf isti'la`, yaitu ص dan ط. Akan tetapi yang paling utama untuk lafal مِصرَ ra'nya dibaca tebal karena ia berharakat fathah. Sedangkan ra' pada lafal عَيْنَ اْلقِطْرِ lebih utama dibaca tipis, karena ia berharakat kasrah.

Begitu juga lafal كَلُّ فِرْقٍ, ra'nya boleh dibaca tebal juga boleh dibaca tipis. Boleh dibaca tebal karena setelah ra' berupa huruf isti'la`. Dan boleh dibaca tipis karena huruf isti'la` tersebut berharakat kasrah.

Tidak ada komentar: